Sabtu, 29 Maret 2014

Goa Tengkorak Batu Sopang Faktanya Memang Mistis

Goa Tengkorak… Mendengar namanya saja sudah menggambarkan mistis, keangkeran dan serem. Dan memang begitulah faktanya. Sebuah goa yang isinya pemandangan angker dengan tumpukan tengkorak-tengkorak dan tulang belulang manusia. Saat pertama kali tiba di lokasi, Pandangan mataku tertuju pada dinding batu terjal yang ternyata di atas sanalah letak goanya.
Untuk naik menuju mulut goa tidak terlalu susah, hanya perlu memanjat lebih seratus anak tangga. Ya, susah juga sih sebenarnya. Ngos-ngosan dan deg-degan.  Mulut goanya berada di sekitar pertengahan dinding tegak lurus gunung kapur setinggi lebih 50 meter, yang dari kejauhan tampak berwarna putih. Di sana sudah terpasang menara kayu komplit dengan anak tangga zig-zag. Fasilitas itu memang disediakan oleh Pemerintah untuk memberi kemudahan bagi wisatawan yang ingin silaturrahim dengan tengkorak-tengkorak di dalam goa.
Yang disebut goa di sini sebenarnya hanya cerukan kecil. Tinggi mulut goanya sekitar 1,5 meteran, sehingga untuk masuk ke dalamnya badan mesti rada dibungkukkan. Lebar guanya 2 meteran dan kedalaman ceruk goa ini tidak sampai 10 meter. Tidak jauh dari mulut gua terlihat onggokan tengkorak-tengkorak yang sedang nyegir dan tulang belulang bekas manusia yang tertata rapi berjajar tiga baris.
Saat ini ada 35 tengkorak dan 170 tulang belulang serta sejumlah serpihan tulang dan ada satu lagi tengkorak yang disimpan di Museum Negeri Kalimantan Timur di Tenggarong.
Kata orang-orang penduduk setempat, jumlah tengkoraknya ada 37 buah. Pesan dari penduduk setempat juga, jangan coba-coba mengambil tengkorak atau tulang-tulang yang ada di situ. Yang sudah-sudah, orangnya bakal ketimpa musibah dan akan diikuti makhluk halus sampai pulang ke rumah. Ya sudah, tidak usah mengambil tengkorak. Hanya wisatawan kurang kerjaan saja rasanya yang mau nyangking tengkorak di bawa pulang.
Konon tengkorak dan tulang belulang itu dahulu milik raganya para nenek dan kakek moyangnya masyarakat Paser, pada zaman kerajaan Sadurengas pada abad 16 Masehi. Masyarakat zaman itu adalah penganut kepercayaan Hindu Kaharingan, sebelum datangnya ekspedisi Islam dari Kesultanan Demak.
Di zaman itu orang yang meninggal dunia jenazahnya tidak dikubur, melainkan dibungkus atau dimasukkan ke dalam setangkup kayu yang disebut lungun, atau dimasukkan ke dalam lubang kayu yang sengaja dibuat untuk mayat. Proses pembungkusannya ini berlangsung sekitar setahun hingga jasadnya habis dan tinggal tersisa tengkorak dan kerangkanya. Barulah kemudian tengkorak dan tulang-belulangnya dipindahkan ke ceruk-ceruk atau goa-goa di dinding batu melalui upacara adat. Sebagian di antaranya, yang sekarang masih bisa ditemukan di goa Tengkorak itu.
Rute ke Goa
Untuk rute perjalanan menuju ke tempat wisata ini sudah sangat mudah karena berada di  Desa Kasungai Kecamatan Batu Sopang yang terletak di pinggir jalan trans Kalimantan (Balikpapan-Banjarmasin). Tepatnya berada di sebelah kanan jalan dari arah Balikpapan ke Banjarmasin.
Sebuah papan petunjuk kecil di pasang di pinggir jalan, posisinya berada sebelum Masjid Jami’ Assalam Batu Sopang. Jarak dari jalan utama hingga goa sekitar empat kilometer dengan jalan tanah, namun bisa dilewati kendaraan roda empat hingga Desai Kasungai.
Perjalanan ke Goa harus menyeberangi dua Sungai dan jalan setapak sekitar satu kilometer. Ada dua jembatan gantung dari kayu yang bisa dilewati motor sehingga memudahkan perjalanan ke goa, namun kondisi dua jembatan gantung tersebut sangat memprihantinkan.
Sungguh sayang fasilitas penunjang goa itu nampaknya belum menjadi perhatian Pemerintah setempat untuk dijual kepada wisatawan. Padahal potensi nilai jual kawasan bukit kapur itu tergolong tinggi.
Paling-paling masyarakat Batu Kajang dan sekitarnya yang mengunjungi daerah ini, termasuk para pegawai tambang batubara PT. Kideco Jaya Agung.
Kalau anda penasaran, silahkan berkunjung ke tempat ini.
Sumber : Gerbang Kaltim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar