Goa Tengkorak…
Mendengar namanya saja sudah menggambarkan mistis, keangkeran dan serem. Dan
memang begitulah faktanya. Sebuah goa yang isinya pemandangan angker dengan
tumpukan tengkorak-tengkorak dan tulang belulang manusia. Saat pertama kali
tiba di lokasi, Pandangan mataku tertuju pada dinding batu terjal yang ternyata
di atas sanalah letak goanya.
Untuk naik menuju
mulut goa tidak terlalu susah, hanya perlu memanjat lebih seratus anak tangga.
Ya, susah juga sih sebenarnya. Ngos-ngosan dan deg-degan. Mulut goanya
berada di sekitar pertengahan dinding tegak lurus gunung kapur setinggi lebih
50 meter, yang dari kejauhan tampak berwarna putih. Di sana sudah terpasang
menara kayu komplit dengan anak tangga zig-zag. Fasilitas itu memang disediakan
oleh Pemerintah untuk memberi kemudahan bagi wisatawan yang ingin silaturrahim
dengan tengkorak-tengkorak di dalam goa.
Yang disebut
goa di sini sebenarnya hanya cerukan kecil. Tinggi mulut goanya sekitar 1,5
meteran, sehingga untuk masuk ke dalamnya badan mesti rada dibungkukkan. Lebar
guanya 2 meteran dan kedalaman ceruk goa ini tidak sampai 10 meter. Tidak jauh
dari mulut gua terlihat onggokan tengkorak-tengkorak yang sedang nyegir dan
tulang belulang bekas manusia yang tertata rapi berjajar tiga baris.
Saat ini ada
35 tengkorak dan 170 tulang belulang serta sejumlah serpihan tulang dan ada
satu lagi tengkorak yang disimpan di Museum Negeri Kalimantan Timur di Tenggarong.
Kata
orang-orang penduduk setempat, jumlah tengkoraknya ada 37 buah. Pesan dari
penduduk setempat juga, jangan coba-coba mengambil tengkorak atau tulang-tulang
yang ada di situ. Yang sudah-sudah, orangnya bakal ketimpa musibah dan akan
diikuti makhluk halus sampai pulang ke rumah. Ya sudah, tidak usah mengambil
tengkorak. Hanya wisatawan kurang kerjaan saja rasanya yang mau nyangking
tengkorak di bawa pulang.
Konon
tengkorak dan tulang belulang itu dahulu milik raganya para nenek dan kakek
moyangnya masyarakat Paser, pada zaman kerajaan Sadurengas pada abad 16 Masehi.
Masyarakat zaman itu adalah penganut kepercayaan Hindu Kaharingan, sebelum
datangnya ekspedisi Islam dari Kesultanan Demak.
Di zaman itu
orang yang meninggal dunia jenazahnya tidak dikubur, melainkan dibungkus atau
dimasukkan ke dalam setangkup kayu yang disebut lungun, atau dimasukkan ke
dalam lubang kayu yang sengaja dibuat untuk mayat. Proses pembungkusannya ini
berlangsung sekitar setahun hingga jasadnya habis dan tinggal tersisa tengkorak
dan kerangkanya. Barulah kemudian tengkorak dan tulang-belulangnya dipindahkan
ke ceruk-ceruk atau goa-goa di dinding batu melalui upacara adat. Sebagian di antaranya, yang
sekarang masih bisa ditemukan di goa Tengkorak itu.
Rute ke Goa
Untuk rute
perjalanan menuju ke tempat wisata ini sudah sangat mudah karena berada di
Desa Kasungai Kecamatan Batu Sopang yang terletak di pinggir jalan trans
Kalimantan (Balikpapan-Banjarmasin). Tepatnya berada di
sebelah kanan jalan dari arah Balikpapan ke Banjarmasin.
Sebuah papan
petunjuk kecil di pasang di pinggir jalan, posisinya berada sebelum Masjid
Jami’ Assalam Batu Sopang. Jarak dari jalan utama hingga goa sekitar empat
kilometer dengan jalan tanah, namun bisa dilewati kendaraan roda empat hingga
Desai Kasungai.
Perjalanan ke
Goa harus menyeberangi dua Sungai dan jalan setapak sekitar satu kilometer. Ada
dua jembatan gantung dari kayu yang bisa dilewati motor sehingga memudahkan
perjalanan ke goa, namun kondisi dua jembatan gantung tersebut sangat
memprihantinkan.
Sungguh sayang
fasilitas penunjang goa itu nampaknya belum menjadi perhatian Pemerintah
setempat untuk dijual kepada wisatawan. Padahal potensi nilai jual kawasan
bukit kapur itu tergolong tinggi.
Paling-paling
masyarakat Batu Kajang dan sekitarnya yang mengunjungi daerah ini, termasuk
para pegawai tambang batubara PT. Kideco Jaya Agung.
Kalau anda
penasaran, silahkan berkunjung ke tempat ini.